Apa yang ada di benak kamu tentang Jakarta? Kota serba ada? Kota
metropolitan? Rajanya macet? Ya, benar semua! Kalau Jakarta itu sebagai
kota serba ada dan metropolitan, tentu menjadi suatu kenikmatan untuk
kita. Tapi, kalau Jakarta itu rajanya macet, bisa-bisa jadi musibah atau
mimpi buruk untuk kita.
|
Dok. mobil.otomotifnet.com |
Sejak dulu hingga sekarang intensitas kemacetan di Jakarta makin parah, terutama hari kerja. Bayangkan saja, baru keluar gang dari rumah, jalanan sudah macet, padahal kita berangkat sudah lebih pagi dari biasanya. Kemudian, di jalan raya juga macet. Niatnya berangkat lebih pagi supaya tidak telat, eh, ternyata telat juga. Usaha kita jadi terasa sia-sia, kan? Terus, kalau udah begini siapa yang salah?
Dapat dikatakan bahwa kita semua salah, termasuk pemerintah, pengendara kendaraan bermotor, pejabat, pedagang kaki lima, dan sebagainya. Mengapa begitu? Mari kita selidiki dulu penyebabnya yang di antaranya ialah sebagai berikut:
1. Hampir setiap kepala keluarga menggunakan kendaraan pribadinya setiap hari. Banyak penduduk Jakarta menggunakan mobil pribadi berkapasitas 8 orang untuk ke kantor atau ke kampus yang hanya diisi untuk dirinya sendiri. Jika terjebak macet, ia menyalahi kendaraan lain seperti angkutan umum atau pengendara sepeda motor misalnya, padahal ia juga penyebabnya. Lalu, hampir setiap kepala keluarga yang masing-masing anggotanya memiliki kendaraan pribadi (mobil dan sepeda motor) untuk dipakai setiap hari. Padahal, jumlah angkutan umum di Jakarta sangat banyak. Hingga kini, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 6,1juta unit (sumber antaranews.com).
2. Jumlah penduduk di Jakarta semakin meningkat. Bukan hanya faktor kelahiran yang menyebabkan Jakarta semakiln padat, tetapi juga urbanisasi penduduk. Setiap tahun, terutama ketika libur sekolah dan libur hari raya, Jakarta semakin ramai dan jalanan semakin macet. Mengapa? Kebanyakan penduduk kita membawa sanak-saudaranya ke Jakarta untuk bekerja dan tinggal di sini. Padahal, Jakarta sudah padat. Memang, Jakarta bisa dikatakan sebagai pusatnya perkantoran dan pendidikan. Kurangnya fasilitas dan wadah untuk bekerja dan bersekolah menjadi pemicu urbanisasi.
3. Penduduk di Jakarta lebih tertarik menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum. Memang sih, pergi ke kantor atau ke kampus naik kendaraan pribadi akan lebih cepat sampai daripada naik kendaraan umum. Tetapi, banyak pengguna kendaraan pribadi yang mengeluh capek dan pegal karena naik kendaraan pribadinya.
4. Tidak tertibnya pengguna jalan. Pengguna jalan bukan hanya pengendara kendaraan saja, tetapi juga para pejalan kaki dan pedagang kaki lima yang mangkal di jalan. Sering sekali ketika lampu merah kendaraan saling serobot tidak mau berhenti. Yang giliran lampunya hijau jadi tidak bisa jalan dan macet semakin panjang. Pejalan kaki terkadang juga menyebrang saat lampu hijau. Itu sangat berbahaya karena selain dapat menyebabkan kecelakaan, lalulintas pasti akan terhambat. Pedagang kaki lima juga banyak yang menggunakan trotoar untuk mangkal dan berdagang di sembarang tempat.
5. Tidak adanya halte atau tempat khusus untuk pemberhentian kendaraan umum sehingga banyak angkot yang ngetem di sembarang tempat. Ini juga mengakibatkan macet. Kadang, angkot ngetem tidak hanya satu, tapi angkot yang lain juga ikutan untuk menunggu penumpang, dan ngetemnya bisa sampai di tengah jalan.
6. Banjir menjadi salah satu penyebab macet. Saat musim hujan, Jakarta selalu dilanda banjir. Ketika banjir, jalanan macet karena ruas jalan menyempit dan ada saja kendaraan yang mogok. Kalau sudah begitu, banjir yang disalahkan. Padahal, kita juga yang menyebabkan banjir karena tidak menjaga kebersihan lingkungan.
7. Kurang bertanggung jawabnya aparat lalulintas. Aparat lalulintas seharusnya dapat mengurangi dan mengatasi kemacetan di tempatnya bertugas. Sering sekali kita melihat aparat lalulintas yang terfokus pada handytalky-nya daripada lalulintas di tempatnya bertugas. Ada juga yang kerjaannya hanya berdiri diam di jalan, bahkan ada juga yang asik ngobrol dengan rekannya sementara lalulintas kacau. Bahkan aparat lalulintas justru banyak di sebar di sepanjang jalan yang jarang terjadi macet. Sedangkan di jalan yang selalu macet aparatnya hanya sedikit, mana yang lain? Lantas, apa gunanya mereka sebagai aparat lalulintas?
8. Tata kota Jakarta yang tidak rapi. Pemerintah kita memang kurang cerdas dalam menata kota, terutama jalan raya sehingga Jakarta termasuk sebagai salah satu kota tersemrawut di dunia. Maka jangan heran jika ada kata-kata "mustahil mengatasi macet di Jakarta".